PACARAN JARAK JAUH (LDR) BANYAK RASA – RASA NYA “
NANO – NANO ”
Pacaran jarak jauh, atau yang lebih beken disebut Long Distance
Relationship (LDR), seringkali dijudge sebagai hubungan yang tidak serius dan
lebih baik jangan dijalani karena banyak makan hatinya. Coba, siapa yang setuju
dengan pernyataan tersebut?
Setelah bertanya pada para sahabat Vemale, tak sepenuhnya setuju.
Karena telah banyak pula yang membuktikan bahwa LDR tidak seburuk itu.
Komitmen. Komunikasi. Kejujuran. Kesetiaan. Tentu semuanya harus menjadi paket
yang lengkap agar hubungan tetap awet dan dapat berjalan lancar. Toh sebenarnya
tidak jaminan juga bila sering bertemu hubungan langsung lancar dan tanpa
kendala. Well, semua kembali pada personal yang menjalaninya.
Setidaknya, sebagian sahabat Vemale ini berbagi, bahwa LDR bukan
masalah bagi mereka. Itu hanya perkara jarak saja. Dan jarak tidak mengalahkan
kekuatan cinta!
Ada manis, asem, asin
Kami LDR sudah 3 tahun, ada manis, asem, asin, pahit hahaha.
Manisnya membuat kami jarang bertengkar, dan sekalipun harus bertengkar kami
tidak langsung berhadapan melihat wajah satu sama lain. Pahitnya, saat kangen
tidak bisa diungkapkan dengan puas, karena tidak bisa bertemu langsung. Dan
akhirnya dibantu dengan kecanggihan teknologi, Skype, webcam, Facebook dan lain
sebagainya. Walaupun tetap kangen sih. Intinya, tetap percaya bahwa cinta itu
lebih besar dari semuanya. Dan apabila memang sudah ditakdirkan menjadi jodoh,
toh tidak akan ke mana. Akhirnya 5 bulan lalu kami menikah.
Jenuh itu bisa dibunuh!
Kalau jenuh itu sih biasa ya. Dan saat kami merasa jenuh, kami
akan membahas yang seru-seru, seperti film yang sedang diputar, pertandingan
yang sedang disiarkan, atau saling mengirim foto kegiatan sehari-hari. Dan
begitulah, jenuh itu tak akan menjadi masalah selama kita tak membiarkannya berlarut-larut.
Bagaimanapun LDR itu tetap menyenangkan
Bagaimanapun bagi saya LDR itu menyenangkan. Menjadikan orang yang
kita sayang itu tetap jadi dirinya sendiri. Kita bisa percaya satu sama lain,
walaupun akhirnya hubungan tak selalu berhasil. Tapi saya tetap optimis 

LDR tidak memudarkan cinta kami
Sejak tahun lalu akhirnya kami harus menjalani LDR karena ia harus
bekerja di Kalimantan. Yah, inginnya sih dia tak jauh-jauh dari saya, tetapi
demi masa depan berdua, semua itu harus dijalani dengan niat yang baik.
Untungnya, teknologi sekarang canggih. Dengan bantuan Blackberry, komunikasi
kami tak pernah putus. Mulai SMS, telepon, saling mengirim foto aktivitas
sehari-hari, yang tujuannya sebenarnya bukan memantau, namun membuat kami
merasa dekat dan tak berjarak.
Bagi kami, komunikasi dan saling percaya itu dua hal yang memang
sulit. Namun selama ini kami tidak pernah mencurigai satu sama lain. Banyak hal
kecil kami bagi dan ceritakan, seolah kami tak pernah kehabisan topik. Pun
demikian, bukan berarti kami tak pernah mengalami masa sulit dan bertemu masalah.
Ada beberapa saat di mana saya mengalami PMS, saya menjadi sensitif dan
perselisihan muncul. Untungnya pasangan saya orang yang sangat mengerti dan
bisa memahami hal tersebut. Pengertiannya terhadap saya selalu membuat saya
kagum. Dan dia akan lebih berhati-hati menghadapi saya saat masa-masa PMS itu
datang lagi. Tak ada hal lain lagi yang kami butuhkan selain pengertian dan
kepercayaan. Dan kami berencana akan segera menikah September 2012 ini.
Kuncinya setiap dan saling percaya
Sakit rasanya kalau kangen itu tak segera ditebus dengan
pertemuan, apalagi bila harus ditahan hingga berbulan-bulan lamanya. Saat
kangen pun, hanya bisa mendengar suaranya lewat telepon, tanpa bisa menunjukkan
perasaan lewat pelukan. Namun, semuanya impas saat bisa bertemu langsung
dengannya. Rasanya tak ingin berpisah lagi. Dan sejauh ini, kunci dari hubungan
kami adalah saling percaya dan setia. Ya, benar. Hubungan LDR kami dulu
berhasil, hingga kini kami sudah menikah dan berbahagia
Harus LDR dengan suami dan ketiga anak sekaligus
Sampai saat ini saya LDR tak hanya dengan suami, namun juga dengan
ketiga anak. Kangen? Pasti! Selalu ingin pulang saat ingat mereka, apalagi
sudah 5 tahun berjauhan. Namun, kami selalu punya waktu untuk berkomunikasi
lewat telepon. Itupun kami harus menghadapi perbedaan jam juga. Saat di
Indonesia pagi hari, saya berusaha bangun (di tempat saya tengah malam) untuk
sekedar telepon dan membangunkan anak-anak agar pergi ke sekolah. Bagaimanapun
juga kan saya seorang ibu, sudah menjadi kewajiban saya memantau mereka.
Untungnya suami dapat bekerja sama, selalu memberikan cerita dan membantu
memecahkan masalah bersama. Dukungan dan semangat yang diberikan suami dan
anak-anak inilah yang menguatkan saya. Thanks papi, thanks kids. I love you so
much.
Tak ada alasan untuk berpaling dari kita
Bila orang lain berkata jarak adalah masalah yang membuat semakin
jauh, buat kami berbeda. Justru jarak membuat kami begitu dekat. Tak terasa
sudah 6 tahun hubungan kami berjalan tanpa pertemuan. namun, ia masih setia
menunggu. Kesabarannya begitu luar biasa, tulus sekalipun terkadang saya justru
cuek dan tak peduli. Dan yang terpenting, ia selalu menunjukkan kasih sayangnya
tak hanya pada saya, tetapi juga pada keluarga. Hingga saat ini, tak ada satu
alasanpun yang membuat saya mampu dan mau berpaling darinya. Semoga selamanya
ia selalu menjadi yang terbaik.